Gunung Merapi
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman yang tak pernah saya lupakan. malam tahun baru saya dan sekeluarga pergi ke jogja untuk merayakan tahun baru di sana. pas pukul 12 malam saya sampai di jogja dan melihat banyak kembang api yang bergiliran muncul di malam pergantian tahun 2010-2011. pergantian tahun 2009-2010 saya dan keluarga juga merayakannya di jogja. jalan-jalan, shopping, dllsangat menyenangkan dan seru sekali. saya pun tidak bisa berlama-lama di jogja dan waktunya pulang ke kudus untuk melakukan aktivitas seperti biasa, sebelum pulang kami ada rencana untuk pergi ke rumah alm.mbah maridjan. awalnya seru sekali rasanya, tapi rasa senang itu menjadi mengharukan ketika saya sampai di gunung merapi. suasana di sana sangat mengenaskan saya juga tidak bisa membayangkan bagaimana jika saya berada di situ saat terjadi bencana. dentah suasana di sana bisa kembali seperti dulu lagi apa tidak, mungkin memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun agar di sana kembali hijau kembali bangkit. saya ke sana sekitar 2 bulan sesudah gunung merapi mengamuk. ya allah, saya terus bertanya-tanya bagaimana keadaan di situ pasca gunung merapi meletus padahal setelah 2 bulannya saja masih amburadul seperti pada gambar. saya tidak tau banyak tentang awal mula gunung merapi akan meletus, dan inilah cerita dari seseorang yang mengalami kejadiaan itu .
*Saya sendiri yang saat ini tinggal di wilayah Sleman, sekitar 23-24 km dari puncak Merapi turut merasakan kedahsyatan letusan yang terjadi dini hari tadi. Meskipun begitu, Alhamdulillah kami sekeluarga (dengan si kecil “fafa”) dalam keadaan sehat, meski sempat mengungsi mengingat hujan pasir, abu dan bau belerang yang cukup menyengat. Kejadian semalam sejak sekitar jam 11 malam ( 23.00 ) mulai terdengar gemuruh yang awalnya saya kira hanya suara guntur biasa, tetapi istri saya kaget ketika mulai merasakan getaran-getaran yang menyertai gemuruh tersebut. Sekitar jam 24.00 Saya segera mengecek keluar rumah dan melihat ke arah utara (gunung merapi), dan ternyata suara gemuruh-gemuruh itu berasal dari sana, sampai puncaknya sempat terjadi gempa vulkanik yang tidak lama kemudian di ikuti letusan gunung Merapi.
Beberapa menit kemudian mulai terdengar suara seperti rintik hujan yang agak keras, yang ternyata adalah hujan pasir dari letusan tersebut. Lama-lama hujan pasir semakin deras yang semakin membuat khawatir, terutama dengan anak saya yang masih berusia sekitar 3 bulan. Hujan pasir berlangsung cukup lama, dan bau belerang ketika membuka pintu sangat terasa, dan membuat kepala pusing.
Tidak sedikit keluarga (tetangga) yang segera meninggalkan rumahnya, yang hampir dipastikan mereka menuju ke selatan, menjauhi gunung Merapi. Awalnya saya berencana langsung meninggalkan rumah dengan istri dan si kecil “fafa”, tetapi karena hujan pasir dan abu yang semakin deras, saya masih fikir-fikir, karena selain resiko hanya dengan menggunakan kendaraan bermotor, pasti di jalanan macet.
Sambil memantau keadaan terkini melalui televisi dan Internet ( http://merapi.combine.or.id/ ), saya menunggu suasana agak mereda, sampai akhirnya sekitar jam 01.30 WIB kami memutuskan “ngungsi” ke rumah mertua saya di Piyungan Bantul, mengingat kekhawatiran akan kondisi bayi kami. Setelah perjalanan yang cukup menegangkan (karena hampir seluruh wilayah jogja hujan abu yang cukup deras sehingga jarak pandang juga pendek), sekitar jam 02.30 Alhamdulillah akhirnya kami sampai dengan selamat.
Itulah sekilas cerita dari penduduk sleman, yogyakarta. saya akan terus berdoa semoga bencana di Indonesia cepat berakhir,semua korban bencana alam diberi ketabahan dalam menghadapi ujian yang di berikan. dan lahar dingin yang masih saja menerjang magelang dan sekitarnya semoga juga cepat tuntas dan tidak adalagi yang keluar. ya allah maafkan dosa-dosa hambamu, berikanlah kesabaran dalam melewati cobaan yang engkau beri, dan semoga semua ini berakhir dengan senyuman. amin :-)
Beberapa Foto
Beberapa foto suasana jalanan di jogja, sleman dan sekitarnya yang sempat saya ambil pada keesokan paginya, Jum’at 5 November 2010.JOGJA SEMANGAT, KEMBALILAH TERSENYUM, KEMBALILAH SEPERTI DULU KALA LAGI .
WE LOVE DJOGJA